Sunday, January 4, 2015

Jathilan

Hari ini saya kembali dari liburan. Saya tidak terlalu lama meninggalkan Kalisoka, tetapi saya cukup ketinggalan dalam memosting artikel. Tetapi saya mendapatkan sambutan yang menarik di Kalisoka saat saya kembali dari liburan

Today I am back from my holiday. I just left the beauty bush of Kalisoka for a couple days, but it seems like I have been away for a long long time, for I didn't posting some articles here. However, I got a great "interesting welcome" ceremony when I got back from my holiday.



Saya mendengar bahwa ada salah seorang tetangga saya merayakan hajatan kitanan anaknya dan ia memanggil artis-artis "jathilan". Maka, saya segera meluncur dan mencari tahu. 

I heard that one of my neighbor held a circumcision ceremony and he called the "jathilan" artists. So, I went there right away.

"Jathilan" adalah salah satu kesenian asal Kulon Progo yang saat ini tengah dibangkitkan kembali dari sejarah suramnya beberapa waktu yang lalu. "Jathilan" atau disebut juga "Kuda lumping" identik dengan musik hingar bingar, gerakan enerjik dan kostum yang meriah. 

"Jathilan" is one of Kulon Progo art dance. Today, the government and also the artists community struggle to develop the "jathilan" from its dark time. Jathilan also called as "Kuda Lumping." "Jathilan" is identic with frenetic music, energetic dance and also colorful customs. 


Selain itu, Jathilan juga identik dengan "jaran kepang" atau "kuda lumping" dan sesajian. "Jaran kepang" adalah anyaman dari bambu yang dibuat menyerupai kuda. Penari jathilan akan naik pada "jaran kepang" ini dan menari di atas kuda. Kemudian sesajian yang ada di antara mereka yang ditujukan kepada roh-roh agar tidak mengganggu jalannya acara. Pada dahulu kala, pertunjukan "jathilan" ini melibatkan roh-roh sehingga para penarinya melakukan atraksi-atraksi yang mengerikan seperti makan pecahan kaca. Tetapi, "jathilan" yang hari ini saya lihat, adalah karya seni tari semata guna untuk melestarikan budaya. 

Besides, "jathilan" identic with "jaran kepang" or "kuda lumping"" also offerings set. "Jaran kepang" is webbing from bamboo which is formed like horse. The dancers will ride on it and also dance on it. Then, the offerings set that they serve is served for the mystical souls. The dancers hope that the spirits will not disturb them when they are dancing. In the mean time, the jathilan shows included the mystical souls, so the dancers could do some terrible attraction like eating the broken glasses. However, the recent "jathilan" I saw today is pure traditional dance art in purpose to conserve the culture.




No comments:

Post a Comment